Archaebacteria; Bentuk, Ukuran Sel, Ciri-Ciri, Klasifikasi
Bentuk, Ukuran, Ciri-Ciri dan Klasifikasi Archaebacteria - Archaebacteria berasal dari bahasa yunani archaio yang artinya kuno. Archaebacteria merupakan sel – sel hidup yang paling tua. Dinding selnya tidak memiliki memiliki sebuah zat peptidoglikan.. Archabacteria juga merupakan mikroba utama dalam lingkungan teresterial dan akuatik, hidup dalam lingkungan anaerob, dalam kadar tinggi atau air panas dan dalam lingkungan yang terkena panas bumi serta beberapa terdapat sebagai simbiosis saluran pencernaan hewan.
a. Bentuk dan Ukuran Sel
Secara umum struktur sel Archaea memiliki bentuk yang hampir sama seperti bakteri, dan bentuknya cukup beragam. Beberapa Archaea berbentuk batang/basil, bulat/kokus, atau spiral. Bahkan terdapat beberapa Archaea yang memiliki bentuk “tidak biasa” , yaitu segitiga dan persegi panjang. Meskipun morfologi sel relatif mudah untuk diamati, tetapi terkadang sulit untuk membedakan bakteri dan Archaea, karena keduanya memiliki ragam bentuk yang hampir sama.
Archaea merupakan organisme yang berukuran sangat kecil, dengan ukuran berkisar 1.5-2.5 µm. Ukuran yang kecil ini memberikan keuntungan tersendiri bagi sel tersebut. Sel yang berukuran lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan volume sel, jika dibandingkan dengan sel yang berukuran lebih besar. Sehingga memiliki rasio permukaan terhadap volume lebih tinggi. Rasio permukaan/volum memberikan beberapa akibat pada kehidupannya.
Sebagai contoh pada pertukaran nutrisi, sel yang memiliki rasio permukaan/volum lebih tinggi akan mendukung pertukaran nutrisi lebih cepat dibanding yang lebih rendah, oleh karena itu sel yang lebih kecil akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sel yang lebih besar karena memiliki rasio yang lebih tinggi. Sedangkan secara genetik, hal ini dapat berdampak pada evolusi karena sel Archaea adalah haploid, sehingga mutasi akan diekspresikan secara langsung. Sedangkan mutasi itu sendiri adalah sumber dari suatu evolusi. Oleh sebab itu Archaea dapat lebih cepat menanggapi perubahan lingkungan.
b. Ciri - Ciri Archaebacteria antara lain :
- Bersifat prokariotik
- Lipid pada membrane sel bercabang
- Tidak memiliki mitokondria, Retikulum Endoplasma, badan Golgi dan Lisosom
- Berukuran 0,1 m sampai 15 m
- Bisa bewarna atau terwarnai baik gram positif atau gram negative
c. Klasifikasi Archaebacteria
Archaebacteria dapat digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarkan lingkungan ekstrim, antara lain:
1. Methanogens.
Methanogens hidup di lingkungan sedikit oksigen dan menghasilkan gas methan. Methanogen hanya dapat hidup di lingkungan aerobic seperi dasar laut, dasar sungai, dasar selokan dll. Bakteri metanoen termasuk bakteri anaerob yang paling tidak toleran terhadapa oksigen atau akan teracuni bila ada oksigen.
2. Thermoa cidophiles.
Thermoa cidophiles hidup di air yang bersuhu ekstrem (230 derajat Fahrenheit) dan pH sangat asam (dibawah 2) . Kondisi optimum pertumbuhan bakteri ini sekitar 600 C- 800 C. Contoh bakteri termofil adalah Sulfolobus, Thermus aquaticus, Bacillus caldoltycus dan Bacillus caldotenax.
3. Halophiles.
Halophiles hidup di lingkungan yang bergaram yang sangat pekat Kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri ini berkadar garam 20 %. Contoh Bakteri Halofil adalah Halobacterium. Archebacteria membantu pencernaan makanan pada ruminansia. Bakteri metanogen digunakan untuk degridasi limbah pada unit pengolahan limbah dan pembuatan kompos dan biogas.
Suatu gamabaran khusus biokimia archaaebacteria yaitu adanya gliserol isopranil ether lipid. Tidak ada murein (asam muramat terkandung dalam peptidoglikan) pada dinding sel membuat archaebacteria tidak sensitive terhadap antibiotika beta laktam.