Ciri, Perkembangbiakan, Penyebaran, Penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh kita sehingga kita tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita
1. Ciri-ciri umum virus HIV
- HIV dan retrovirus lainnya diselimuti virus yang mengandung dua molekul identik RNA berantai tunggal
- Memiliki enzim reverse transcriptase (RT) rantai ganda: suatu enzim polymerase DNA yang RNA-dependent atau virion-associated.
- Inang untuk HIV adalah CD4 yang dimiliki T limposit (Kusnadi,dkk.)
- Berat molekul sebesar 6-10 x 106 Dalton.
- Besar partikel virus ialah 100 nm
- Mempunyai peplos/selubung dengan nukleokapsid yang berbentuk ikosahedral
2. Perkembangbiakan Virus HIV
Daur hidup Virus HIV:
- Virus bebas
- Pengikatan dan pemaduan: Virus mengikat pada reseptor CD4 dan salah satu reseptor bersama (CCR5 atau CXCR4). Molekul reseptor adalah umum di permukaan sel. Kemudian virus memadukan dengan sel
- Infeksi: Virus menembus sel. Isi dikosongkan dalam sel
- Reversetranscription: Serat tunggal RNA virus disatukan dengan virus diubah menjadi DNA dua serat oleh enzim reverse transcriptase
- Penyatuan: DNA dalam virus yang baru terbentuk DNA sel oleh enzim integrase
- Transcription: waktu sel yang terinfeksi membagi DNA virus “dibaca” dan rantai protein yang panjang dibuat.
- Perakitan: sekelompok rantai protein virus mengumpul
- Tonjolan: Virus belum matang mendesak ke luar sel, diikuti oleh beberapa selaput sel. Enzim protease mulai mengelola protein
- Virus belum matang melepaskan diri dari sel yang terinfeksi
- Menjadi matang:Rantai protein pada bibit virus baru dipotong oleh enzim protease menjadi protein tunggal. Protein ini menggabung menjadi virus yang siap bekerja.
3. Penyebaran virus HIV
a. Penularan melalui hubungan seksual
Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Risiko transmisi HIV dari air liur jauh lebih kecil daripada risiko dari air mani.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.
b. Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi
Rute transmisi ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV.
c. Transmisi ibu ke anak
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak.
4. Cara penanggulangan virus HIV
a. Vaksin terhadap HIV
Vaksin terhadap HIV sedang diusahakan berbagai pendekatan yang mengarah pada pengembangan vaksin. vaksin virus secara khas bersifat mencegah yaitu, diberikan kepada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah infeksi maupun penyakit.
b. obat antivirus
Obat-obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV merupakan penghambat nukleosida enzim traskriptase balik virus. obat-obat itu adalah zidovudin (AZT), didanosin (ddI), zalsitabin (ddC), dan stavudin (d4T). obat-obat ini memperlambat proresivitas dan memungkinkan pasien hidup lebih lama dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik. namun, tidak ada obat yang tampaknya dapat mencegah mula timbul gejala AIDS, dan semuanya memiliki gejala toksik.
c. langkah-langkah pengendalian.
Dalam upaya menurunkan resiko terinveksi HIV, berbagai organisasi kesehatan dunia termasuk Indonesia mengajurkan pencegahan melalui pendekatan ABCD yaitu,
- A atau Abstinence yaitu menunda kegiatan seksual, tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah.
- B atau Be faithful yaitu saling setia pada pasangannya setelah menikah.
- C atau Condom yaitu meggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks berisiko.
- D atau Drugs yaitu tidak menggunakan napza teruatam napza suntik agar tidak mengguanakan jarum suntik secara bergantian dan bersama-sama
5. Pencegahan vurus HIV
Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat agar tidak melakukan perilaku berisiko, khususnya pada remaja.
ada lima tingkat pencegahan (five level prevention) menurut Level & Clark, yaitu:
- Promosi kegiatan (healt promotion)
- Perlindungan khusus (specific protection)
- Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis & prompt treatment)
- Pembatasan cacat (disabaliyi limitation)
- Rehabilitasi (rehabilitation)
Dalam proses pencegahan terhadap semakin meluasnya epidemic HIV/AIDS semua elemen dari masyarakat bertanggung jawab terhadap proses pencegahan. yang bertanggung jawab terhadap pencegahan persebaran HIV/AIDS adalah:
Individu
seseorang harus mengadopsi gaya hidup dan perilaku yang sehat dan mengurangi resiko penularan HIV. Orang terinfeksi HIV menjadi orang yang bertanggung jawab bahwa mereka untuk seterusnya tidak akan menyebarkan virus ke orang lain
Keluarga
keluarga harus mengadopsi nilai-nilai peningkatan kesehatan. keluarga harus memberikan pemahaman dan simpati serta perlindungan untuk menolong anggota keluarga yang di vonis orang terinveksi HIV dalam menghadapi situasi yang tidak normal dan memaksimalkan potensi kesehatan untuk mempertahankan diri dari infeksi yang lain.
Masyarakat
masyarakat harus menghindari sikap diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV dan meningkatkan suasana lingkungan yang mendukung dengan norma social yang bersifat melindungi. masyarakat juga harus berusaha keras meminimalkan kemiskinan yang cencerung memperburuk situasi.
Petugas kesehatan
petugas kesehatan memiliki tanggung jawab ganda terhadap penyedian perawatan dan konseling terhadap orang terinfeksi HIV. mereka harus menyediakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah penyebaran infeksi ke klien yang lain dan diri mereka sendiri.
Media
media masa memilki peran yang dengan mudah dapat di jangkau oleh banyak pembaca dan murah dalam menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS.
Ahli kesehatan
Para ahli kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat membantu menyebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dengan melakukan proses pembelajaran di masyarakat.